PREIDAY

Travel Brings Power and Love to Your Live

Petualang ke Alas Purwo

         Ini adalah tripku bersama temanku di Alas Purwo beberapa bulan kemarin, jika kita dengar dari namanya aja sudah serem banget. iya emang alas Purwo adalah alas yang paling serem se jawa, jika tempat tinggal kalian di daerah Jawa Timur pasti sudah pernah dengar dengan alas yang satu ini. Alas purwo tepatnya di Kecamatan Tegaldimo Banyuwangi. Alas Purwo adalah salah satu Taman Nasional di indonesia yang dilindungi eko dan sistemnya. Kebanyakan orang bilang bahwa alas purwo adalah salah satu alas paling angker d pulau jawa ini, alas yang paling keramat, tidak banyak orang yang pergi kesana, bahkan penduduk lokal punn yang bertempat tinggal di daerah Banyuwangi dan sekitarnya.

        Sebelum ke alas Purwo sempat saya cari informasi tentang alas yang paling tua di pulau jawa ini. bukan informasi yang menyenangkan tapi malah dapat informasi yang bikin bulu mata merinding. Banyak sekali cerita - cerita yang beredar tentang ke angkeran alas purwo, diantaranya, alas purwo adalah tempat berkumpulnya berbagai jenis jin yang menjadikan tempat ini menjadi angker. Ada juga yang bilang, orang - orang yang pergi kesana kebanyakan orang yang ingin mencari ilmu, bukan ilmu pendidikan matematika atau bahasa inggris cooy. Tetapi seperti ilmu - ilmu dukun yang seperti kita lihat di tipi - tipi. Bisa berbicara dengan makhlus halus, bisa meramal, atau mungkin bisa mengusir setan yang ada di belakang kamu. Menurut cerita sih ilmu - ilmu seperti itu. Ada juga yang ingin bersemedi atau bertapa. Karena banyak sekali tempat - tempat yang setragis untuk bertapa disana.  Kenapa saya bilang banyak tempat strategis,  karena tempatnya masih murni 99% rimba, tidak ada lalu lalang kendaraan maupun orang di sana. Mungkin cuma hantu yang sedang mampir lewat aja. Sesekali mereka menampakkan diri dan tersenyum menyapa dengan ramah.

          Orang – orang pendatang di snaa bukan dari penduduk sekitar sana saja,  bahkan kebanyakan dari orang – orang jauh. Selain untuk menimba ilmu dan bertapa, menurut cerita juga tempat untuk mencari kekayaan, tapi saya kurang tahu tentang ini. Mungkin tempat yang menguntungkan untuk berbisnis. Hmm.. Mungkin.  Asalkan jangan berbisnis menebang hutan yaa..

         Tetapi saya kesana bukan untuk urusan itu, saya kesana untuk melihat alam yang masih indah, alam yang masih perawan, dimana didalamnya masih terdapat hewan - hewan liar yang dilepaskan di alam bebas. Tempat yang tenang, sejuk, banyak burung - burung yang berterbangan sesuka mereka, dan yang penting… 100 derajat celcius, Alam.

       Dari informasi yang saya dapat, banyak hewan liar yang hidup dengan bebas di sana, diantaranya seperti, kijang, banteng, burung merak, elang, berbagai jenis burung liar, dan masih banyak lagi. karena hanya  itu yang saya temui saat disana, mungkin jika kamu lagi beruntung, kamu bisa bertemu Macan, Singa liar, atau ular anaconda mungkin hehe. Sangat menyenangkan rasanya seperti di hutan Amazon, seperti yang sering kita lihat di National Geographic Channel. Selain itu di daerah pesisir pantainya, kita bisa bertemu dengan hewan - hewan penduduk pesisir, seperti penyu atau burung laut, dan hewan pesisir lainnya. Dan juga penduduk sipil alas purwo yaitu monyet yang bakal kita temui di sepanjang jalan di dalam hutan.

Jika dilihat di peta, alas purwo bertempat d daerah paling ujung di pulau jawa. Seperti pada peta ini.

Peta dan Lokasi Alas Purwo
       Oke itu tadi sekilas tentang alas purwo dari informasi yang saya dapat, mulai dari internet sampe cerita orang - orang. Dan tidak di ketahui kebenarannya. Intinya, semua itu jangan terlalu percaya sebelum membuktikan. Kadang mereka tau karena katanya orang lain juga. Dan semua cerita bukan untuk menakut nakuti kamu yang ingin berkunjung kesana melainkan, jika ingin kesana pastikan niat kamu baik, tidak ada niatan yang jelek, dan selama di sana pastikan untuk tidak mengucapkan kata yang aneh – aneh, menghujat, kata – kata kotor, dll, karena yang kamu ucapkan bisa saja terjadi. Jaga semua ucapan dan perilaku. Yang penting niat kita baik, kita kesana untuk melihat alam alas purwo dan isinya. karena sudah banyak cerita yang beredar dari penduduk dekat sana tentang pendatang yang hilang ada yang tersesat dan beberapa bulan baru ketemu, ada yang balik dengan kondisi yang tidak waras, ada juga segerombolan orang yang ditemukan tinggal jasadnya saja dan masih banyak lainnya. Kesimpulannya adalah hati-hati, dan jaga diri. Dan jangan lupa, pecinta alam yang baik tidak akan tega untuk mengotori alam. Seperti yang sudah kita lihat di danau Ranu Kumbolo. Sudah menjadi bank sampah, apakah sekarang tetap indah untuk di kunjungi ?, keindahan alam yang mulai terlihat di mata dunia sekarang sudah rusak karena ulah pendaki amatiran yang hanya ingin mengumbar kata “My Trip My Adventure” dan mengupload fotonya di media sosial, tapi ulahnya malah merusak lingkungan.

Teringat kata seseorang yang kebetulan saya temui di dalam alas purwo, saat ngopi di warung dalam hutan, "Jika kita cinta pada alam dan menjaganya, alam juga akan mencintai kita, dan semua isi alam akan ikut mendoakan kita" percaya atau tidak yg pasti kesimpulannya baik, jaga alam kita.

Oke lanjutkan ceritanya …..

        Berangkat dari Surabaya jam 9 malam menuju Kota Jember, dengan naik bus. sampai di kota Jember jam 3 pagi, lalu kita istirahat di rumah teman saya yang ada di Jember. Lalu paginya jam 10 kita berangkat menuju Banyuwangi menaiki sepeda motor melewati alas kemitir, yang jalannya sedkit berkelok kelok dan naik turun. Sepanjang jalanan alas kemitir kamu akan bertemu dengan orang - orang yang akan meminta sedekah seiklhasnya dengan menyodorkan tangannya ke arah pengendara. Jika tidak ingin sedekah ya doakan saja.. semoga mereka dapat rejeki yang halal..

       Perjalanan yang lumayan panjang sekitar 2 sampai 3 jam sampai ke Banyuwagni, sekitar jam 01:00 siang, kita istirahat sebentar sambil mencari masjid dan sekalian makan. Jam 2 lanjut lagi perjalanan ke daerah Tegaldimo, hanya berbekal GPS dan niat. Sekitar jam 3 sore kita sampai ke daerah Tegaldimo dan masuk menuju Alas Purwo, sesekali bertanya ke penduduk sekitar, melewati jalan makadaman yang rusak parah dan penuh dengan genangan air hujan, kita terus dengan jalan pelan - pelan memasuki hutan sekitar 10 Km jauhnya dari pemukiman penduduk paling ujung. Di sepanjang perjalanan terlihat hutan yang masih segar, hijau dan ditumbuhi bunga - bunga liar berwarna kuning di bawahnya. Terlihat sangat indah sekali. Gk rugi jauh dari surabaya, bisa melihat pemandangan seindah ini .

Gerbang masuk Alas Purwo
       Akhirnya sampai juga di sana sekitar jam 3 sore, sampai digerbang foto2 dulu, untuk kenang kenangan kalo kita pernah kesana. Biar nanti bisa kita tunjukkan ke anak cucu kita, kalo kakeknya dulu seorang petualang karena mereka hanya mengetahui kalo nenek moyangnya seorang pelaut. Sampai di gerbang kita harus mendaftarkan diri ke pos masuk ( baru tau saya kalo ada posnya ). Wajib lapor karena semua itu bertujuan untuk jaga - jaga ketika kamu nanti tidak balik, nanti akan di cari sma pak penjaganya. Kalo mereka sempet..!

Karena hari sudah semakin sore, kita berencana untuk mencari tempat untuk menginap di dalam hutan. Karena tujuan pertama kita ke pantai yang paling ujung di pulau ini akhirnya kita berjalan ke arah pantai agar bisa bikin tenda di pinggir pantai. Di dalam perjalanan kita bertemu sebuah pura kecil, sepertinya bangunan pura itu sudah sangat tua tetapi masih berfungsi untuk tempat sembahyang sampai sekarang.

    Karena hari sudah semakin gelap dan perjalanan kepantai masih sangat jauh akhirnya kita berencana untuk meninap di dalam hutan saja, kita terus melanjutkan perjalanan di dalam hutan dan berhenti sampai matahari tenggelam. Tidak lama setelah menempuh jarak sekitar 3 Km, kita bertemu dengan sebuah pos penjagaan, lengkap dengan warug makan dan warung kopi ( yang ini saya juga baru tau !!, jangan – jangan di dalam hutan ada warnetnya juga ). Hmm.. Ada juga yaa di hutan, jarang – jarang bisa ngopi dan cangkrukan di dalam hutan, tapi tenang.. penjaganya masih menginjak tanah koq. Saya amati masih aman. Pasilitas di sana lengkap dengan musholla dan wc umum. Agak mistis sih tapi masih aman….

      Hari semakin gelap, sang senja sudah kembali ke peraduan, kita putuskan untuk menginap dan istirahat di sebuah warung yang sudah tutup di dalam hutan yang pemiliknya entah kemana ( tadi ada disitu ). Bisa di bayangin bermalam di hutan yang katanya angker, banyak jin nya, di sebuah warung yang tidak ada pintunya. hiiii….. Malamnya terdengar dengan jelas suara kodok, jangkrik, monyet yang belum tidur ( mungkin lagi nge ronda ), sesekali suara seperti burung hantu, berdengung dari kejauhan, yah pokoknya seperti hutan liar begitulah. Dan lagi cuaca langit dalam keadaan mendung dan gerimis, dan sesekali memancarkan kilatnya, membuat suasanya menjadi lebih dramastis. Bayangin coba,. pas ada kilat menyambar, ada sekelebatan bayangan orang berdiri di sampingmu, hmm... Serem bukan... haha itu mungkin Hasulinasi saja… telalu banyak nonton film drama..

      Tetapi namanya saya, tidak pernah kehabisan akal, agar bisa tidur pulas dan nyaman, saya pakai jaket yang tebal, celana panjang kaos kaki lengkap dengan sarung tangan, penutup kepala gunung, dan kaca mata gelap. Jika nanti ada hantu yang mencoba nakut nakutin saya, mereka gk tau , saya lagi melek atau merem, karena pakai kacamata gelap dan badan tertutup sekujur tubuh, jadi mereka bingung saat mau nakut nakutin saya. Haha, itusih cuma ide goblok saya aja. Tapi sepertinya manjur, karena bukan saya yang di takutin hantu tapi temen saya, karena beberapa kali dia di bangunin sama anak kecil, dan di saat teman saya bangun, anak kecil itu lari keluar warung dan hilang gk ada suaranya. Dan juga katanya melihat orang yang berdiri di pintu masuk warung. Beberapa kali temen saya bangunin saya dan memberi tahu. Tapi gak tau kenapa tiap saya di bangunin, sebentar dah merem lagi… Alhamdulillah pokoknya….
Ngapainn ?

Perjalanan Menuju Goa

Bekas situs

Suasana Pantai Pancur

New Zealand van Java

Bersantai di bawah pohon

Dilihat dari Rumah Pemantauan
      Akhirnya pagi mulai datang, malam pun berlalu, burung - burung riang saling berkejaran. Menyapa mentari yang sebentar lagi datang, saat tetesan embun jatuh ke genangan. Hari pertama sebelum melanjutkan perjalanan kita melihat sebuah papan kayu yang bertuliskan nama goa, saya lupa nama goanya, di dalam tulisan hanya bertuliskan 1 km, kita coba menelusuri,  berjalan sekitar setengah jam, sepertinya kita sudah berjalan lebih dari 1 km belum juga bertemu goa itu, terus kita lanjutkan perjalanan. Saat di perjalanan kita bertemu dengan bapak tua dengan jenggot putih yang panjang, dan kita saling sapa, tidak tau dia dari mana mungkin dari dalam gua, kemudian lagi dengan sepasang suami istri yang datang dari arah berlawanan . Saat kita tanya jalan ke arah goa, mereka menjawab sudah dekat, sebentar lagi sampe,  tapi sudah merasa berjalan sudah sangat jauh , kita belum juga sampai ke goa itu, karena merasa jalannya gak sampe - sampe akhirnya kita putuskan untuk balik lagi ke warung tempat kita menginap. ( mungkin meteran orang sana sama meteran kita berbeda, skalanya  1Km : 100 Mil).  dan mungkin juga goanya bukan untuk umum. Iya kali..??

      Sampai di warung kita langsung melanjutkan perjalanan ke pantai, akhirnya kita sampai pada pantai Pancur. Ombaknya sangat deras sekali dan sedikit terlihat berbeda. pantai Pancur berhadapan langsung dengan pantai selatan, sejauh mata memandang terlihat sedikit buram karena seperti tertutup kabut dari ombak pantai, seperti tertutup kabut yang putih, Pemandangannya tidak seperti pantai biasanya, suasananya seperti settingan film yang ber Genre Gothic, yaah mirip2 ( Lord of the Ring/Lah ). Pesisirnya tidak ada kerang2 atau material pantai, tapi tanaman dan kayu - kayu yang sudah kering. Dan sesuatu yang kebetulan kita lihat, ada sepasang kijang yang sedang bekejaran di pesisir pantai sambil mancari makan di lereng pantai, karena lereng pantai juga di tumbuhi tumbuhan hijau dan lebat.

Setelah di pantai Pancur kita berencana ke pantai Plengkung, dari pantai Pancur ke pantai Plengkung kira2 jaraknya 17 km lagi. perjalanan yang sangat jauh yang memakan waktu yang cukup lama, Karena hanya punya waktu 1 hari di sana, jadi kita batalkan niat dan mengganti ke rute lain, daripada kita menempuh jarak 17 Km P/P sudah memakan waktu yang cukup lama, karena jalan yang bergeronjal dan penuh dengan lubang yang curam, membuat kuda besi kita tidak bisa melaju dengan kemampuan maksimal, kita pilih untuk putar arah. Sangat di sayangkan mesin V8 Cilinder, Turbo Charger, hidraulic suspention, dan terpasang Nitro Oxide Sistem ( semua itu bohong ) ,  hanya bisa berjalan 10 km / jam.

Karena banyak sekali tempat yang akan di kunjungi, maka kita memilih rute lain untuk mengexplore tempat lain yang belum pernah kita temui, karena mungkin pemandangan pantai sama saja. Sepakat kita arahkan perjalanan ke padang Savana yang ada di sana. Padang rumput yang hijau dan sangat luas, di dalamnya dapat kita lihat hewan - hewan liar di lepas bebas. Beruntung sekali pas kita kesana kita bertemu dengan segerombolan banteng yang berlarian mencari makan, di atasnya terlihat seperti burung elang beterbangan, saat kita disana terlihat ada 3 burung elang, sangat besar sekali, terlihat saat elang itu turun ke tanah dan berdiri, tingginya sama dengan tinggi banteng yang berdiri, bahkan elang itu lebih tinggi lagi. Selain itu ada burung merak yang saling berlarian. Dan banyak binatang lainnya. Kita bisa melihat hewan - hewan tersebut dari tempat pemantauan yang telah di sediakan. Rumput hijau yang luas, udara dingin yang segat membuat suasana seperti kita sedang berlibur ke New Zealand van Java.

Setelah dari padang rumput kita lanjut menuju ke penangkaran Penyu, di mana penyu - penyu di tetaskan. Berjalan lagi naik sepeda motor sekitar 20 km dari Savana. Melewati hutan belantara, di perjalanan sempat kita melihat Rusa yang sedang lewat dan burung yang sedang melintas di atas kita,  burung yang belum pernah saya lihat, berwarna emas dan saat mencolok saat terbang, yang jelas dia bukan burung Kakak tua, karena dia tidak hinggap di jendela. Di perjalanan di dalam hutan kita harus siap siaga 1, karena banyak sekali pohon - pohon yang tumbang atau tangkai - tangkai pohon yang patah dan berjatuhan, karena suasana malam harinya terkena hujan dan angin.  yang mengakibatkan jalanan penuh dengan ranting yang berserakan. kadang juga ada pohon tumbang yang menghalangin jalan. Di tengah jalan saya melihat papan yang sengaja di pasang, untuk mengingatkan pengendara agar hati - hati, karena banyak satwa yang sering melintas.

Papan peringatan
   Setelah perjalanan yang lumayan mengkhawatirkan kita sampai ke tempat penangkaran Penyu, baru masuk ke halaman parkir motor, kita sudah di sambut dengan penduduk lokal alas Purwo. Mereka adalah monyet - monyet penduduk asli sana, yang mengikuti kami masuk ke dalam tempat penangkaran, macam Guide aja, tetapi harus berhati2 dengan mereka, pastikan semua barang bawaan masukkan ke dalam tas, biar gak bisa di copet. 

Sampai di tempat ternyata kedatangan kami tidak tepat pada waktunya, Harapan untuk melihat Penyu bertelor pada malam hari tidak terwujud. Kata bapak pawang penyu disana, kedatangan kami tidak pas saat musim bertelor, dan belum musinnya kawin. jadi mlongolah kita, tetapi tidak terlalu kecewa karena saya bisa bertemu dengan beberapa ekor Penyu dsana. yang sedang bersantai, berjemur di tempat penampungan. dan beberapa penyu2 kecil yang di tempatkan di wadah kolam yang berbeda.  

nie dia penampakannya
      Setelah puas bermain dengan penyu - penyu di sana, acara selanjutnya bermain ke pantai yang tempatnya tidak jauh dengan penangkaran Penyu, hanya dengan berjalan kaki beberapa detik sudah sampe di pantai, karena tempat penangkaran berada pas di pinggir pantai. Lalu ku tengoklah kesana, dan ternyata pemandangannya jauh lebih indah daripada pantai sebelumnya. Beee... "Sin Ching Ping" pokoknya, Derunya ombak yang meliuk2 tinggi, menari - nari di bawah angin yang berhembus kencang, bertambah indah dengan bibir pantai yang berwarna hijau, di tumbuhi tanaman mangrove di pinggirnya.


Tanaman mangrove yang berjejer rapi terlihat membentang luas memanjang sejauh mata mamandang, Sampai membuatku penasaran, sampai mana ujungnya.. , setelah ku telusuri di peta, hutan mangrove tersebut membentang luas sampai pada tempat pemantauan burung - burung laut atau burung penghuni pantai. Terus kutelusuri sejauh 16 km, sampai kita bertemu dengan Pos pemantauan burung.


Bersambung......


Alam Indonesia Siap di Jelajahi

Indonesia ada negara kepulauan dengan bermacam -macam suku, ras, dan agama. daerah tropis yang mempunyai banyak sekali jenis satwa yang di lindungi, bahkan beberapa spesies yang tidak dapat di temukan dimanapun selain di indonesia, keindahan alamnya yang sangat mempesona tidak kalah dengan alam di luar sana, keindahan di darat maupun dasar lautnya, dan benda - benda peninggalan nenek moyang jaman dahulu yang menjadi sorotan dunia. dan masih banyak lainnya.

negara agraris yang mudah kita temukan hamparan sawah yang sangat luas. dan banyak sekali jenis tumbuhan - tumbuhan tropis yang dengan mudah kita explore. tanah yang subur, dan sumber daya alam yang berlimpah. Indonesia juga menyandang predikat negara maritim, karena 2/3 adalah wilayah lautan dan 1/3 merupakan daerah daratan. negara kepulauan yang menyimpan berjuta keindahan di dalamnya.

kita sebagai penduduk asli negeri indonesia ini pastinya tidak afdol jika tidak mengeksplore alam kita yang indah ini. banyak sekali penduduk asing yang jauh - jauh datang ke indonesia untuk melihat kekayaan negeri ini, dan banyak diantara mereka yang ingin menjaga dan memilikinya, bahkan banyak juga yang memutuskan untuk menetap di indonesia karena alam indonesia,

negara yang di lewati garis khatulistiwa, daerah tropis yang di idamkan penduduk negara lain yang sulit bertemu dengan matahari secara langsung. sumber data alam yang berlimpah dan tempat yang strategis, adalah harta yang tiada gantinya. Alam indonesia siap kita jelajahi, gunung - gunung tinggi siap kita daki, dasar lautan yang indah siap kita selami. alam yang mempesona siap kita nikmati, jadi kenapa masih saja berdiam diri di tempat sana,

Angkat bahumu, ambil ranselmu, dan keluarlah dari zona nyamanmu, alam Indonesia menantimu, banyak sekali ilmu yang akan kita dapat di luar sana, mereka juga akan mengajarimu tentang alam, cara kamu berkomunikasi dengan, menghargai alam, dan menjaga alam kita, belajar survive di tempat yang belum kita kenal sebelumnya, yang akan menjadikan cerita untuk anak dan cucu kita, Memang benar bahwa nenek moyang kita seorang adalah pelaut, tetapi mereka juga harus tau, bahwa kakek moyang mereka juga seorang penjelajah.

Air TerJun Kakek Bodo

       Setelah lama kutunggu, akhirnya datang juga kesempatan untuk berlibur. Untuk bersenang - senang dan sejenak melupakan tugas – tugas dan juga materi - materi kuliah yang masih menyangsang di otak ini ( Opo iku menyangsang ??? ).
       Sempet bingung mau berlibur kemana. liat – liat di internet ,cari tempat wisata yang deket, yang asik, and yang terpenting gak sampe ngabisin uang saku..hehehe.( maklum lah anak kost kostan ) Pa lagi sampai ngambil uang spp, wah jangan sampek dahh, tetapi belum dapat yang cocok dihati, dan pada akhirnya, bertepatan pada hari itu dikampusku sedang diadakan kegiatan tahunan, ORLING ( orientasi lingkungan ) kegiatan yang wajib diikuti oleh para mahasiswa baru .dan biasanya kegiatan ini diadakan di luar kota, seperti kemarin diadakan di coban rais ( malang ), kemudian taun berikutnya di Jolotundo ( mojokerto ) dan tahun sekarang diadakan di dekat tempat wisata air terjun kakek bodo ( pasuruan ). Nah pas banget tu aku juga belum pernah kesana, dengar nama kakek bodo aja baru kemarin. akhirnya aku putusin untuk berlibur kesana.
       Air Terjun Kakek Bodo berada yang di ketinggian 850 m diatas permukaan laut dan memiliki ketinggian sekitar 40 meter.  Air terjun ini berada di kawasan wisata Tretes di lereng Gunung Welirang di pegunungan Prigen, Jawa Timur, tepatnya dalam kawasan hutan lindung di RPH Prigen, BKPH Lawang Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pasuruan. Terletak di Desa Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten pasuruan, Propinsi Jawa Timur.
       Selain air terjun kakek bodo,di kawasan tretes ini ada tiga lagi air terjun lainnya yang bisa ditemui dalam perjalanan lintas hutan di kawasan wisata andalan Jawa Timur itu, yaitu air terjun Alap-Alap yang mempunyai ketinggian 30 meter, Putuk Truno yang mempunyai ketinggian 45 meter, dan Sengguruh yang mempunyai ketinggian 30 meter.
       Aku berangkat dari Surabaya pukul jam 2 siang, bersama ketiga sahabatku, Yaitu R Mas Willy, R Mas Billy, dan R Mas Tory. Melewati jalan raya Porong yang macetnya minta ampun, sampe kena tilang pak polisi juga ( wah yang ini jangan diceritain, malu…! ) . Ketika mulai memasuki tempat wisata tretes kita sudah disuguhi jalan menanjak yang panjangnya bukan kepalang, ditambah lagi jalannya yang berkelok kelok seperti ular ( siap siap pasang gigi satu yaa ).

       Masyarakat di dekat tempat wisata tretes sangat baik - baik dan ramah – ramah, baru saja kita nyampe disana, mereka sudah menawari kita tempat untuk menginap ( baek dari mana , tetep aja kita harus bayar sewa penginapannya, hehe ) . karena uang sakunya tidak cukup untuk nyewa penginapan akhirnya kita putuskan untuk menginap di bumi perkemahan kakek bodo tempat kegiatan ORLING dilaksanakan, juga sambil menjenguk teman dan adik – adik kita disana. Kami tidur di post bagian keamanan, juga bersama – sama membantu teman kita yang sedang bertugas menjadi panitia bagian keamanan yang ada di sana

       Pagi harinya kita berangkat menuju tempat air terjun kakek bodo yang jaraknya kira – kira 3 km dari tempat bumi perkemahan. 
    
Perjalanan disana sangat mengasikkan, pemandangan sekitar yang masih perawan, udara yang sangat sejuk semakin menghipnotis kita untuk enggan meninggal tempat itu .

Dan akhirnya sampailah kita disana, dan hati langsung berkata berkata " waoow sangat menakjubkan" ...!


     

Walaupun, kita tidak sempat mampir ke Air terjun Alap - alap, dan air terjun Putuk Truno tetapi keindahan air terjun kakek bodo sudah cukup mewakili keindahan air terjun - air terjun yang ada di sana.